Langsung ke konten utama

Tujuh Kebiasaan Ini Wajib Millenials Terapkan! Biar Enggak Cuma Dianggap ‘Kaum Rebahan’


Pintar rebahan kayak kocheng~ gambar: pixabay

Mengenal Identitas “Kaum Rebahan”

“Kaum rebahan” diartikan sebagai orang yang punya kebiasaan berbaring, baring di kasur sambil marathon drama korea misalnya, baring di lantai scroll lini masa sambil bacain komentar orang di media sosial, enggak ketinggalan sediain snack sama minumannya juga ya— biar enggak seret. Pokoknya baring-baring santuy udah jadi hal terindah lah bagi kaum yang satu ini.


Labeling kaum rebahan enggak asing dikaitkan dengan generasi  ini. Dilansir dari uzone.id, sebuah tulisan di New York Times mengungkapkan, jika generasi Y (millenial) yaitu generasi yang lahir di atas 1980-an hingga 1997.

Bagi millenials, kemajuan teknologi menjadi suatu hal yang enggak bisa lepas dari aktivitas sehari-hari. Pesan makanan dan minuman, isi pulsa atau voucher game, belanja kebutuhan harian, sampai berjelajah dunia bisa dilakukan hanya lewat media sosial dan internet.
Kan, lagi-lagi media sosial ini bikin kaum rebahan makin betah aja ya, walau seharian kegiatannya cuma rebahan di dalam kamar.

Eits, tunggu, jangan berbangga diri dulu. Jadi millenials di era digital, enggak cukup tuh kalau hobinya rebahan terus. Ada 7 kebiasaan yang wajib millenials terapkan, biar tetap produktif dan santuy, nih~ Coba diintip beberapa hal berikut, yuk!

1. Upgrade Ilmu, Biar Bisa Terus Belajar
Kamu enggak salah lho, jadi kekinian dengan rajin update di medsos, tapi imbangi juga kebiasaan itu dengan hal-hal positif. Jangan cuma akun gosip yang di-follow, banyak akun-akun hits (baca: yang kamu banget), bikin wawasanmu berkembang.

Contohnya, kamu bisa ikuti akun sirclosolution yang bahas soal e-commerce dan teknologi. Bagi kamu yang punya bakat terpendam di dunia bisnis dan pengin mulai buka usaha, bisa kepoin seputar persona brand atau  strategi digital marketing yang bisa langsung diterapkan.
Atau kamu juga bisa ikuti akun jejuru.com guna informasi terkini seputar pengembangan diri dan belajar keterampilan dasar (softskills) yang akan menunjang karirmu saat ini.

2. Berada di Lingkungan Positif, Bergaul dengan Orang yang Tepat
Kalau punya hobi atau minat yang menurutmu bisa menciptakan nilai karya misalnya, “aku suka banget nulis dan menuangkan ide, suatu saat aku pengin jadi writer preneur.”
Sekadar “pengin” dengan modal “bermimpi” mana bisa terealisasi? Kamu mengklaim kalau kamu generasi kekinian, tapi kebiasaan harian cuma mageran.

Wahai… kaum rebahan, “yuk, gerak dikit, buat kembangin hal-hal positif dalam diri.”

Kamu bisa lho, gabung dengan komunitas, grup pelatihan atau grup diskusi sesuai minat yang disukai. Cara ini bisa ampuh, kalau aja kamu turut mengubah cara berpikirmu agar selangkah lebih maju. Kegiatan yang dilakukan bersama atau berjamaah, pasti membuahkan lebih banyak energi, apalagi kalau aktivitasnya positif?

Bukan lagi jadi mimpi yang kamu rapalkan sambil menatap lekat langit kamar, tapi goals itu bisa kamu gapai dengan giat mencoba serta konsisten dalam berlatih. Siapa tau, kamu panen inspirasi dan relasi yang justru akan mempermudah diri ke arah yang dituju.

3. Berani Ambil Risiko, Jangan Ragu-ragu dong!
“Penyesalan adalah kesempatan yang tidak dilakukan” – Raditya Dika dalam sebuah comedy show-nya. Benar kalau “penyesalan” itu belakangan, yang di awal itu adanya “berani memulai”.

Demi sebuah perubahan dan pencapaian, rasanya kita enggak perlu seribu kali berpikir, apakah perlu atau tidaknya menjalani hal yang akan berdampak baik buat diri dan sekitar. Lakukan hari ini, atau kesempatan akan hilang sama sekali.

Kegagalan justru membuka ‘peluang lebih’ untuk sebuah keberhasilan, bukan? Jadi, jangan tunggu tahun depan, nanti keburu diambil orang. *Eh, nah, kan, jadi kapan nih, mblo?
Hari ini adalah saatnya kamu memulai, ya! Mulai dari diri sendiri untuk sebuah langkah suksesmu.

4. Sisihkan Pendapatan untuk Investasi Masa Depan
Jatah bulanan sah-sah aja dipakai belanja, tapi jangan berlindung dengan tameng “aku ingin membahagiakan diri dengan menghadiahi diri.” Sesekali boleh, asal enggak bablas sampai saldonya minus, ya.

Bahkan ada kutipan dari sebuah postingan instagram, kalau di zaman now ini, “kita membeli barang yang tidak diperlukan dengan uang yang tidak dimiliki, demi mengesankan orang yang kita tidak sukai.” Wah, jangan ditiru yang kayak gitu sih, gengs!

Iya, sadar atau enggak, ada kalanya barang yang dibeli itu enggak butuh-butuh banget. Cenderung akibat ke-impulsifan, atau bahkan biar ikutan tren aja.

Nah, cara yang bisa dilakukan, selain wajib menabung, kamu juga bisa menginvestasikan pundi-pundi rupiah yang dimiliki. Dengan fokus berinvestasi, hasil yang didapat bisa lebih banyak dari sekadar yang ditabung. Ini maumu ‘kan, sukses di usia muda lalu bisa jalan-jalan keliling dunia?

5. Jangan Mudah Merasa Puas
“Ada masanya untuk kamu berwisuda berulang kali,” ungkapan yang ditujukan untuk kaki-kaki para pejuang hidup, tangan-tangan pembangun asa, serta harapan yang lebih baik di masa depan.

Sebagian dari kita mudah merasa puas jika sudah memiliki pekerjaan layak dan berkecukupan dari segi penghasilan. Namun, hal itu berbeda bagi orang yang ingin maju dan berkembang.
Bukannya enggak bersyukur ya, melainkan perlu juga nih, untuk kamu mengasah kemampuan baru dengan cara keluar dari dari zona nyaman saat ini.

Terlebih kita hidup pada masa teknologi yang serba canggih. Perubahan zaman dirasa kian pesat, persaingannya juga jelas semakin ketat.

6. Pentingkan Etika Dibanding Penampilan
Berpenampilan sederhana dengan segudang karya lebih utama rasanya, daripada modal gaya tapi minim kualitas dan hasil nyata. Enggak perlu usaha tampil layaknya eksekutif muda, penampilan kelak mengikuti dari etos kerja yang serupa.

Rupanya banyak juga, orang sukses yang justru tampilannya biasa aja. Yang mereka ‘pamerkan’ adalah hasil kerja kreatif, inovatif, serta jelas kebermanfaatannya. Pengin juga enggak, sih?

Untuk itu, perlu juga bagi kamu yang ingin produktif, agar perbaiki manner kerja yang tepat. Jangan mau berlindung dalam selimut kemalasan!

7. Berpikiran Terbuka dan Bersikap Kritis
Ini juga penting kamu miliki, gengs! Bagi kamu generasi Y, pola pikir open minded menjadi kebiasaan yang akan membedakanmu dengan generasi sebelumnya.

Generasi dengan pikiran terbuka menjadi lebih toleransi dan enggak gampang menjudge orang yang bersebrangan pendapat. Justru kamu dituntut agar lebih penasaran dan mau mempertimbangkan pendapat orang lain.

Hal itu justru semakin memudahkan dirimu, biar enggak cepat merasa tersinggung. Kamu tau dong, beda manusia, beda latar belakangnya, maka beraneka pula isi kepalanya. Jadi, masih bisa ‘duduk bareng’ ‘kan, jika ada selisih paham?

Enggak cuma berpikiran terbuka ya, bersikap kritis juga menjadi bentuk kepedulian yang wajib kamu biasakan. Bukan saja sebatas hal-hal viral di dunia maya, tapi kamu bisa juga melatih sikap kritis ini untuk mengkaji hal penting berkenaan dalam situasi sosial, ekonomi, atau politik yang berkembang di Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolahku di Kolong Langit

Seteduh cuaca langit sore itu. Kumpulan asa anak-anak Kampung Ciheleut menyembul bak gumpalan kapas putih yang semarak memayungi Kota Hujan. Di wilayah Kecamatan Bogor Timur, sebagian dari mereka yang terpinggirkan boleh jadi bisa tersenyum lepas, karena dapat banyak belajar dan menikmati kehangatan bermain bersama teman-teman seperti pada umumnya. Begitu lincah kaki-kaki telanjang itu riang berlarian ke sana ke mari, setidaknya bukan lagi seperti di sela hari, yang membuat kaki mungil mereka terbius panas aspal dan debu kota yang menyesakkan. Tepatnya di selasar rumput pinggiran jalan Tol Jagorawi KM-6,  kegiatan belajar itu pun dilakukan, berpadu di tengah bisingnya kendaraan. Kini, lagi— sebuah film adaptasi novel “Perahu Kertas” gugahan Dee Lestari, membekaskan decak kagum tersendiri di khalayaknya, melahirkan sang fiksi menjadi sebuah bentuk inspirasi nyata. Sebuah komunitas sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan, bernama Sakola Alit, bertujuan untuk memban...

Camilan Frozen Food Enak dan Murah Ala Rumahan

Sumber Gambar: koleksi pribadi Di masa pandemi ini, nggak jarang pegiat UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang mampu bertahan dalam bisnisnya. Namun, menariknya banyak juga lho, rekan di sekitar saya yang mulai merintis usaha kecil rumahan berupa produk camilan (snack) . Salah satunya, produk yang kali ini ingin saya ulas. Snack biasanya berbentuk makanan ringan seperti keripik atau jenis kerupuk bertabur bubuk pasta, tapi camilan yang ini adalah makanan beku ( frozen food). Enak, murah meriah, dan cukup bikin kenyang. Camilan ini bisa jadi kudapan pagi bersama secangkir teh, atau buat teman ngopi pada sore hari.  Sebelumnya, saya sudah jajan lebih dulu yang varian original, pedas, dan mozarella; produk olahan tahu bakso dari Cemal Cemil Neng Karin . Kebetulan, sekarang sudah mengeluarkan varian terbarunya, yakni Pangsit Bakso dan Tahu Bakso Jamur. Saya langsung penasaran sama Pangsit Baksonya, terbayang memori jajanan pangsit sewaktu SD. Saya pun memesan dua bungkus produk ola...

Si 'Pengais Receh' Jalanan

          Sebagaimana kita ketahui, bahwa setiap harinya anak-anak jalanan berpencar di sepanjang jalanan kota dengan beragam aksinya. Tentu hal yang dilakukannya memang bukan tindakan kejahatan yang merugikan, mereka hanya menyinggahi dari angkutan kota satu, ke angkutan lainnya dengan  hanya bermodalkan suara nya yang parau, tenaga, dan alat andalannya yaitu gitar kecil atau bilah kayu dengan ornamen tutup minuman ringan. Namun tetap ada saja orang atau sebagian dari kita yang merasa risih dan kadang kala menganggap mereka dengan sebelah mata.