Maroon Day kembali dihelat pada 20 Desember 2015 lalu di Gelanggang Olah
Raga (GOR) B Padjajaran Kota Bogor. Perayaan ulang tahun Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Pakuan itu,
merupakan program kerja Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himni).
Berbeda dari tahun sebelumnya yang
diselenggarakan khusus mahasiswa Ilmu Komunikasi, Maroon Day kali ini diadakan
di luar kampus dengan melibatkan jajaran dosen, mahasiswa Ilmu Komunikasi,
himpunan mahasiswa, serta dibuka umum. Acara itu pula dihadiri Dr. H. Bibin
Rubini, M.Pd, selaku Rektor Unpak. “Tema tahun ini Seven Come. Menandakan ulang
tahun yang
ke7,” ujar Ketua Pelaksana, Naufal
Ichvanda Maulana, semester 5 jurusan Broadcast. Naufal memaparkan, Himni kian
mendewasa. Walaupun ego dan idealis bercampur dalam prosesnya, suasana kekeluargaan
dan kekompakan semakin terasa menjelang hari-H.
Kerja keras membuahkan hasil di atas ekspektasi
Suatu
pencapaian bagi Himni yang telah menyelenggarakan konser musik nasional pertama
kalinya. Meski terkendala dana dan minimnya sponsor, semangat dan optimis Kepanitiaan
Maroon benar-benar membuktikan terwujudnya acara. Ketua Himni, Apen Mulyana
semester 5 jurusan Public Relation pun angkat bicara. Walau semula Himni
diragukan, dicemooh dan dijelek-jelekan, hingga acara sempat batal, tetapi
akhirnya bisa membanggakan.
“Tidak ada
kata lain selain senang dan bahagia. Keberhasilan Maroon Day bukan hanya
keberhasilan Himni sendiri, tetapi keberhasilan Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang mampu untuk berkerja sama, bersatu dan
berkontribusi untuk acara ini,”
ungkapnya.
Apen juga menjelaskan, bahwa keinginan
awal hanya akan melaksanakan acara pagelaran musik dengan konsep tetap di luar
kampus, tetapi tidak mengundang pihak luar. Namun dengan penyebaran pamflet dan
adanya respon publik, menjadikan sebuah sinyal atau hal yang tidak diduga.
Begitu berkesan dan meriah
Hujan yang kerap menyelingi suasana
hari itu, tidak lantas menyurutkan partisipasi aktif mahasiswa. Salah satunya Muhamad Dzaka Nauval, Semester 5 jurusan Broadcast, ia begitu mengapresiasi acara Maroon Day karena dapat mengundang penyanyi
(grup vokal) Ibu Kota yakni Gamaliel, Audrey, dan Cantika (G.A.C). “Maroon Day adalah acara yang cukup keren, sebuah gebrakan dari
acara-acara sebelumnya yang diadakan oleh anak-anak Himpunan Mahasiswa Ilmu
Komunikasi,” ungkapnya.
Hal senada berasal dari Wakil Dekan III
FISIB bidang kemahasiswaan, David Rizar Nugroho, M.Si, menurutnya acara ini
adalah suatu dukungan dan bentuk apresiasi yang harus dibanggakan. Keterpaduan
antara dosen dan mahasiswa merupakan satu modal bagus untuk memajukan prodi.
Menjadi tantangan ke depan, pengurus Himni harus lebih hebat lagi dari apa yang
dicapai saat ini.
Berbagai hiburan tentu mewarnai
kemeriahan acara, di antaranya Stand Up Comedy, Dj Fello, tarian tradisional
maupun moderen, serta band pendukung seperti, Cause, Sevenchords, dan Something
Midnight. Tak kalah ketinggalan, beberapa dosen yang tergabung dalam sebuah
grup band turut berpartisipasi dengan bernyanyi dan memainkan beberapa lagu.
Tanggapan pengunjung lain datang dari
semester 1, Annisa Zahra. Menurutnya acara Maroon itu seru dan keren. Meski di
awal membosankan karena sepi, tapi permainan musik DJ dan aksi G.A.C memberikan
kesan yang menyenangkan.
Perasaan bangga juga diungkapkan DJ Fello, “Yang membuat saya kagum itu
antusias penontonnya banyak sekali,
terutama ketika kita semua menyanyikan
lagu bersama, itu yang membuat bulu kuduk saya berdiri hingga saya
tersenyum dan mendapatkan energi lebih dari penonton. Sehingga saya
dapat mengguncang acara Maroon Day dan dapat memeriahkannya.”
Tak hanya mahasiswa, terbukti acara
Ilmu Komunikasi ini sanggup menarik kalangan umum. Seperti Tika, siswi SMAN 3
Bogor yang mengatakan acara Maroon Day menarik, seru, dan suasana yang ramai
membuatnya betah berlama-lama. Baginya, cuaca bukan menjadi halangan untuk
menyaksikan bintang tamu G.A.C. Tika dan teman-teman berharap, Maroon Day bisa
diadakan setiap tahun dengan kualitas yang lebih bagus, dengan mengundang
bintang tamu yang lebih banyak, keren, dan lebih meriah lagi.
Selain konser musik, hari itu juga
diadakan games serta pembagian hadiah bagi para pemenang lomba Ilmu Komunikasi
Mencari Bakat (IMB) dari program kerja Himni, dan Lomba Menulis Opini yang
diadakan Beranda pers pada bulan Oktober 2015. Pemberian hadiah itu secara
langsung diberikan oleh Rektor dan Ketua Prodi jurusan.
Menuai beberapa kritikan dan kekecewaan
Namun
ada pula komentar pelajar lainnya bernama Fajar. Menurutnya penyebaran informasi acara kurang diperluas
dan tiket masuk On The Spot yang
sangat mahal. Memang, pihak panitia membuka tiga gelombang pembelian tiket,
dari mulai 35ribu naik hingga 50ribu
menjelang acara berlangsung. Sedangkan Guntur, seorang wiraswasta
berharap agar acara berikutnya bisa diperbagus lagi dengan konsep terbaru yang
lebih ‘wah’.
Seorang
Ibu penjual minuman yang tidak ingin disebutkan namanya, mengeluhkan sepi
pembeli. “Saya itu peserta keempat atau kelima, saya masih bebas milih tempat pada
saat itu, jelas saya memilih yang paling
eye catching dong ya, biar orang bisa
lihat, saya milih di sebrang jadi orang pas keluar bisa lihat stand saya.
Jangan taro di ujung. Saya ambil
tengah, tapi nyatanya saya dapat di ujung.”
Namun ia mengungkapkan, memang hal itu juga dipicu oleh cuaca yang sejak pagi
kurang bersahabat.
“Tendanya juga bocor-bocor, ini masih netes-netes, bahannya
kurang, begitu masuk cuuur air masuk
semua, semua listrik juga pada nyetrum, kardus-kardus juga pada basah,
terus penyimpanan barang agak kurang,” tambahnya.
Naufal sebagai Ketua Pelaksana menanggapi, ia sudah memberikan keleluasaan
untuk pengunjung yang sudah masuk dibolehkan ke luar lagi, jika ingin membeli
makanan, minuman, atau sekadar melihat-lihat stand yang ada. “Yang namanya rejeki kan siapa yang ngatur. Seandainya ada 5000 orang, kalau mereka gak gak mau
jajan ya kita bisa apa.”
Menurutnya komplain mengenai stand
tidak semuanya, hanya satu yang kena bocor. “Saya langsung tanya ke pihak
standnya, langsung diperbaiki. Ada beberapa yang komplain, tapi tidak fatal, kita sempat kecolongan di
pedagang kaki lima, tapi langsung kita atasi. Sisanya oke,” paparnya.
Sementara, Dosen Ilmu Komunikasi, Rony Jayawinangun berpendapat, walau
tidak menyaksikan hingga puncak acara, secara keseluruhan sudah bagus. Ia
mengatakan komentar dari dosen-dosen lain yang sampai jam 9 itu responnya baik.
Semakin malam, semakin ramai meski terjadi bebeerapa kendala seperti hujan dan
sound sistem yang menurutnya agak sedikit keras. Sehingga beda terdengar bagi
pengunjung di bawah dan yang di atas.
Target
tercapai, harapan baru untuk ke depan
Mengenai penjualan tiket, Naufal mengatakan
tidak pernah memikirkan keutungan dalam berorganisasi. Keuntungan hanya bisa
menutupi kekurangan. “Enggak, Kita enggak ngambil untung. Ya, enggak ada untung, yang penting ini
buat komunikasi, acara komunikasi, buat komunikasi.”
Mahasiswa Ilmu Komunikasi memang tetap menjadi target utama dalam acara itu.
Naufal memaparkan, dari 2000 tiket yang disebar, 1000 tiket untuk komunikasi
dan 1000 untuk umum. Tapi ternyata untuk umum hanya mencapai setengahnya. “Paling 500 lebih
lah ya, ya itu buat misalkan anak komunikasi bawa pacarnya, keluarganya, atau kita
dari panitia ngajak teman-teman alumni
atau teman-teman SMA-nya buat ajang ketemuan,
tapi lebih dikhususkan untuk anak komunikasi. Alhamdulillah sudah mencapai
target.”
Untuk acara selanjutnya, Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Muslim, M.Si berpesan, Maroon Day harus semakin ditingkatkan, lebih baik dan lebih
bagus lagi, terkonsep, terukur dalam membuat acara. (Kartika)

Komentar
Posting Komentar