![]() |
| gambar: pixabay |
Menjelajah dunia literasi tentu kita diajak membaca ragam tulisan. Karya tulis dianggap sebagai wadah untuk menuangkan pikiran, gagasan, dan merupakan sebuah refleksi dari fenomena yang akan maupun yang telah terlewati. Dalam hal itu, kita sebut saja buku menjadi sewujud karya buatan penulis. Apresiasi darinya bisa berbentuk penjualan yang melejit, hingga buku kerap mengalami cetak ulang dalam rentang tahun tertentu.
Ketika sebuah berita tidak mampu menjelaskan, maka sastra dipilih sebagai
ruang yang sanggup berbicara. Banyak sastra semisal novel, yang meraih
penghargaan internasional, termasuk Nobel. Namun, karya populer itu tidak
sebanding dengan peran orang di baliknya. Tentu bukan penulisnya, melainkan
kerja keras editor yang seringkali tidak pernah disebut sebagai penyunting
naskah. Lain dari dunia perfilman, yang menyebutkan dan secara langsung
memberikan penghargaan kepada para pemeran yang dilibatkan.
Editor bekerja membenahi tulisan dari yang tidak beraturan atau berkualitas
bahasa rendah, menjadi naskah yang apik dan enak dibaca. Ya, seperti pekerjaan
seni. Dalam istilah editing kita menemukan terjemahan menyunting yang bermakna
menyusun atau menata. Profesi yang satu itu memang tidak begitu dikenal.
Menurut catatan, penerbit buku di Indonesia baru menggunakan tenaga editor
secara serius sejak tahun 90-an. Jika ditanya, siapa editor yang paling dikenal
di Indonesia? Barangkali orang berujar santai tak peduli.
Nyatanya, ketika semua naskah telah diproduksi, orang akan menilai dari
segi kebenaran cetak, hingga nilai estetisnya. Di samping ide tulisan yang
bagus dan menarik, cara mengomunikasikannya pun harus mudah, jelas, benar,
serta tepat kepada pembaca. Akhirnya, hal inilah yang menjawab mengapa seorang
editor dibutuhkan. Ya, untuk memeriksa dan menjamin bahan terbitan agar minim
dari kesalahan.
Demikianlah para pekerja di balik layar itu. Memang, editor tidak pernah
disorot di balik kesuksesan sebuah buku. Sebutan manusia multicerdas, pantaslah
kiranya kita predikatkan padanya. Apapun dan bagaimanapun, seorang editor sudah
mampu bersyukur bangga, bilamana pada sederet karya telah dapat diapresiasi
orang banyak, dan memberi banyak manfaat untuk para penulis. Tentu, seorang
editor yang bervisi misi agar bangsa menjadi lebih baik melalui bacaan
berkualitas dan mencerdaskan.
"Editor yang bervisi adalah sang pemimpi. Dia tidak akan 'mati' dengan
karya-karya editingnya yang tak berbunyi."
(Sumber Referensi: Buku Taktis Menyunting Buku, Bambang Trim)

Komentar
Posting Komentar