“Ketika itu saya melihat sudah tak ada
sepeserpun uang di saku. Kemudian saya berpikir, apa yang bisa dilakukan? Sedangkan
yang ada hanya uang untuk kuliah. Sekitar 15 juta, itu pun hasil saya menabung
selama tiga tahun saat SMA.”
Hidup di tanah rantau kedengarannya
memang tidaklah mudah. Belajar mandiri dan butuh perjuangan untuk dapat
bertahan hidup. Hidup adalah hidup,
terus bergulir dan tak pernah peduli, akankah kita terus bergerak menuju impian,
ataukah kalah tanpa tujuan?
Hal ini yang dialami oleh sosok
perempuan mengagumkan bernama Nurul Kamariah. Mahasiswi Unpak kelahiran tahun
1998 di kota Dompu, NTB ini mulanya mencoba mendaftarkan diri sebagai mahasiswi
jurusan ilmu Gizi IPB. Usahanya gagal, lantas kemudian tak pupus dalam harap.
Kini ia merupakan salah satu mahasiswi semester II jurusan Sastra Inggris.
Tak
ingin bergantung dengan orang tua, Nurul memutar otak. Bagaimana kiranya ia dapat
menghasilkan uang sendiri. Dalam status mudanya sebagai mahasiswa, ia sudah
dapat mengirimkan uang untuk Ibunya. Sebesar 25% selalu berusaha disisihkan dari
hasil jerih keringatnya selama ini. Sementara sebagian lainnya ditabung untuk
tujuan hidup ke depan. “Dulu, sehari itu bisa dibilang hampir gak ada uang yang
dikeluarkan. Biasanya saya makan di warteg cuma pake sambel, kalau di kosan
paling enggak pake kecap. Saya juga gak pernah jajan,” kisah Nurul dalam raut tegarnya.
Yang
terjadi ketika itu ia sedang duduk di depan fakultas. Saat ia melihat kiri
kanannya, ternyata banyak yang ngopi.
“Ide berjualan kopi seduh itupun muncul. Langsung saja hari itu saya pergi ke
tukang penjual termos dan menyiapkan segalanya. Esok harinya hal itu segera saya
realisasikan. Saya gak malu, gak peduli kata orang. Yang penting saya fokus
dengan impian saya,” ungkapnya.
Berbagai
usahapun telah dilakukannya, mulai dari berjualan kopi, gorengan, pulsa, laundry, catering, sampai bisnis fotokopi. Mahasiswi yang juga aktif dalam
organisasi FKMI (Forum Komunikasi Mahasiswa Islam) ini pun sempat berkeinginan
membuka usaha sosis bakar di FMIPA, namun karena terkendala modal untuk sewa
tempat dan SDM, hal tersebut ia urungkan. Hingga saat ini penghasilannya sudah
lebih meningkat. Nurul berkesempatan bekerja menjadi distributor produk herbal life. Dari tawarannya itu pun ia
difasilitasi sepeda motor secara gratis.
Tidak
ada strategi khusus yang ia pelajari dalam menekuni bisnisnya. Hanya bermodalkan
buku bacaan, internet, dan pengalaman langsung dari para pedagang dekat Botani,
Perempuan yang mengidolakan Chairul Tanjung itu selalu berupaya mencoba,
mencoba, dan mencoba, walaupun tak selalu mulus bisnis yang telah
dijalankannya. Nurul memiliki impian, kelak ia bisa menjadi pengusaha sukses,
membahagiakan Ibunya, dan membantu orang-orang yang tak mampu di sekitarnya. (Kartika)

Komentar
Posting Komentar