"Menulis itu seni melukis kata,” begitu definisi yang biasa diungkap oleh mereka yang menyukai dunia literasi atau kepenulisan.
Melukis
memang bukan hanya memulas warna, akan tetapi jika kita menarik dari sudut
pandang berbeda, melalui sebuah tulisan kita mampu melukis kata, merangkaianya
menjadi sebuah sumber bacaan yang menghibur dan syarat hikmah atau makna
Menulis
Fiksi
Seni
dalam menulis dapat kita contohkan dengan menulis cerita fiksi. Menjadi hal
menarik, fiksi memiliki keunikan dari jenis tulisan lainnya. Karena seseorang
mampu menuangkan gagasan, ide, atau pikiran imajinasinya dengan rangkaian
tulisan yang memiliki nyawa, warna, dan perspektif kehidupan baru melalui karya
fiksi.
Fiksi
dibuat berdasarkan fakta yang dikombinasikan lagi dengan unsur imajinasi.
Seperti yang pernah dikatakan penulis asal Magetan, Jawa Timur dalam seminar
kepenulisan yang diadakan oleh Himpunan Sastra Indonesia, “fiksi itu
menulis tentang kehadiran manusia. Diangkat dari peristiwa sederhana yang
berasal dari realita hidup, kemudian dimajinasikan kembali oleh penulisnya, dan
disesuaikan dengan bahasa yang mudah dimengeti.” (FISIB/Unpak, Bogor (5/12).
Maka itu, fakta dan fiksi memang menjadi sangat sulit untuk dibedakan.
Kiat
Menulis Fiksi Ala Mbak Okky
Menurut
penulis yang berhasil mendapat penghargaan Khatulistiwa Literary Award tahun
2012 ini, ada beberapa poin penting yang dapat dipelajari dalam menulis fiksi:
1.
Ide Cerita
Menemukan
ide cerita sama halnya dengan menarik garis merah dalam sebuah cerita. Hal ini
dapat diambil dari sebuah interaksi, pengetahuan yang didapat dari membaca,
melihat, dan tentunya melewati proses kepekaan kita dalam mengamati sekitar.
Karena ide tidak melulu tentang fantasi, namun bisa kita angkat dari hal
sederhana yang lekat menjadi persoalan dalam hidup.
2. Membangun
Karakter
Penulis
mampu menghadirkan karakter sesuai dengan latar dan lingkungan pada tokoh yang
berhasil diciptakannya. Hal tersebut kemudian dapat terbentuk dari
pengaplikasian dalam dialog seorang tokoh, atau bisa juga tercermin dari
bagaimana dirinya bersikap dan berperilaku dalam cerita.
Seperti
misalnya tokoh yang memiliki karakter baik dan bersahabat, bisa dicirikan
dengan sifatnya yang terbuka, ramah, ceria, dan mampu masuk ke dalam jenis
karakter tokoh lain yang berbeda. Pembangunan sebuah karakter ini nantinya akan
berpengaruh terhadap pembuatan alur, plot, dan peristiwa-peristiwa selanjutnya.
3.
Pembuatan Plot
Dalam
sebuah cerita, tentunya terdapat runtutan peristiwa, hal itulah yang kemudian
dinamakan plot. Biasanya agar lebih memudahkan bagi penulis pemula, usahakan
membuat sebuah outline atau sinopsis. Eits, tapi
untuk sinopsis yang satu ini maksudnya bukan yang ada di belakang buku ya,
melainkan garis besar daripada cerita yang akan kita buat.
Seperti
halnya bercerita, penulisannya pun harus dilengkapi rumus 5w + 1H. Dimulai dari
siapa saja yang akan menjadi tokoh dan karakter masing-masingnya (penokohan),
di mana dan kapan terjadinya (setting), dan bagaimana proses kejadiannya
(alur).
4. Peristiwa
Pada
bagian ini, penulis meruntutkan kejadian-kejadian yang diceritakan
dari awal sampai akhir. Biasanya sebuah cerita itu dibumbui dengan berbagai
macam konflik, dari mulai awal perkenalan tokoh, penuaian masalah, titik
tegang, sampai pada akhirnya berujung pada titik klimaks, atau penyelesaian.
Peristiwa
yang akan ditulis bisa kita kembangkan dari isi per bab yang telah dibuat.
Jadi, sebagian yang telah ditulis tersebut, kita kembangkan lagi menjadi
rangkaian peristiwa yang akan terjadi pada halaman-halaman berikutnya.
Untuk menghindari hambatan dalam menuliskan cerita, yang kita perlukan yaitu mengetahui lebih dulu ide serta gagasan yang kuat. Selain itu untuk lebih relevannya, penulis dianjurkan untuk terus melakukan riset yang sesuai dengan tulisan. Hal ini bisa dilakukan dengan browsing internet, membaca sumber literasi, sharing pendapat dengan teman, atau melakukan pengamatan langsung. Dalam menambah sumber inspirasi, penulis pun bisa bepergian ke tempat-tempat yang memang disukai dan dianggapnya mampu mengeskplor daya imajinasinya tersebut dalam tenggat waktu tertentu.
5.
Kalimat Dialog / Percakapan
Dan
yang terakhir, memasukkan dialog dalam sebuah cerita ditulis dengan kata-kata
yang lugas, jelas, tidak berbelit, dan simpel. Unsur ini menurutnya sangat
penting, karena bisa membuat cerita agar lebih kuat dan berkarakter.
Demikian
segala pembelajaran yang dapat kita ambil dalam penulisan fiksi. Semoga
sedikitnya bisa membantu para pemula agar tidak kesulitan dalam mengawali
cerita, dan tentunya semakin mengasah kreatifitas baru dalam menulis.
“Setiap
kejadian, pengalaman, dan realitas hidup kamu itu ialah bagian dari Fiksi.
Fiksi yang baik diolah oleh penulisnya dari kisah nyata, kemudian dipadukan
dengan imajinasi, sehingga setelahnya akan sulit orang lain menilai apakah
karya tersebut berasal dari kisah nyata atau karangan belaka.” (Kartika)

Komentar
Posting Komentar